Hari/Tanggal:
Minggu,8 Januari 2017
Pukul:
22 : 47
Kepuasan
Kerja
Tidak ada satu batasan dari kepuasan kerja/
pekerjaan yang paling sesuai, seperti batasan dari Locke yang menyimpulkan ada
dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai pekerjaan dan
kebutuhan-kebutuhan dasar. Kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja
yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Howell dan Dipboye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaan.
Howell dan Dipboye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaan.
Selanjutnya dibahas tiga model yang mencerminkan
hubungan-hubungan yang berbeda antara sikap dan motivasi untuk performance
secara efektif.
Pada model A, kondisi kerja mempengararuhi sikap tenaga kerja terhadap pekerjaan dan organisasi, dan sikap ini secara langsung mempengaruhi secara langsung besarnya upaya untuk melakukan pekerjaan. Pada model B,Sikap kerja merupakan akibat dari, dan bukan yang menetukan motivasi kerja dan unjuk kerja. Pada model C,mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan kausal langsung antara sikap kerja dan unjuk kerja. Sikap tidak menyebabkan timbulnya unjuk kerja tertentu.
Pada model A, kondisi kerja mempengararuhi sikap tenaga kerja terhadap pekerjaan dan organisasi, dan sikap ini secara langsung mempengaruhi secara langsung besarnya upaya untuk melakukan pekerjaan. Pada model B,Sikap kerja merupakan akibat dari, dan bukan yang menetukan motivasi kerja dan unjuk kerja. Pada model C,mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan kausal langsung antara sikap kerja dan unjuk kerja. Sikap tidak menyebabkan timbulnya unjuk kerja tertentu.
Sikap kerja yang dibicarakan dalam model A,B, dan C
mengungkapkan kepuasan kerja. Makin positif sikap kerjanya, makin besar
kepuasan kerjanya.
Motivasi ( Effort), kemampuan, dan persepsi peran, menghasilkan unjuk kerja (performance)dan memperoleh imbalan ( reward). Imbalan dinilai apakah adil (perceived equittable reward), hasilnya menentukan besar kecilnya kepuasan kerja. Motivasi menetukan tinggi rendahnya unjuk kerja. Unjuk kerja menghasilkan imbalan ( dinilai adil atau tidak) yang menetukan tinggi rendahnya kepuasan kerja.
Chiselli dan Brown mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja :
Motivasi ( Effort), kemampuan, dan persepsi peran, menghasilkan unjuk kerja (performance)dan memperoleh imbalan ( reward). Imbalan dinilai apakah adil (perceived equittable reward), hasilnya menentukan besar kecilnya kepuasan kerja. Motivasi menetukan tinggi rendahnya unjuk kerja. Unjuk kerja menghasilkan imbalan ( dinilai adil atau tidak) yang menetukan tinggi rendahnya kepuasan kerja.
Chiselli dan Brown mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja :
Kedudukan
Pangkat Kerja
Masalah Umur
Jaminan finansial dan jaminan social
Mutu Pengawasan
Harold E. Burt, mengemukakan pendapat tentang
faktor-faktor yang ikut menentukan kepuasan kerja sebagai berikut :
Faktor hubungan antar karyawan
Faktor-faktor Individual
Faktor-faktor luar
Pendapat Gilmer (1966) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut :
a. Kesempatan untuk maju
b. Keamanan kerja
c. Gaji
d. Perusahaan dan manajemen
e. Pengawasan (Supervisi)
f. Faktor intrinsik dari pekerjaan
g. Kondisi kerja
h. Aspek sosial dalam pekerjaan
i. Komunikasi
j. Fasilitas
Pengertian Kepuasan Kerja
Ada beberapa definisi kepuasan kerja antara lain :
Ada beberapa definisi kepuasan kerja antara lain :
Kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerja
yaitu seberapa jauh pekerjaan secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya.
(Robert Hoppecl New Hope Pensyvania).
Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari
karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri,situasi kerja, kerja sama, antar
pemimpin dan sesama keryawan (Tiffin).
Kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan
hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor- faktor pekerjaan, penyesuian
diri dan hubungan sosial individu di luar kerja (Blum) .
Kepuasan kerja pada dasarnya adalah ” security feeling” (rasa aman) dan mepunyai segi-segi :
a. Segi sosial ekonomi (gaji dan jaminan sosial).
b. Segi sosial psikologi
Kepuasan kerja pada dasarnya adalah ” security feeling” (rasa aman) dan mepunyai segi-segi :
a. Segi sosial ekonomi (gaji dan jaminan sosial).
b. Segi sosial psikologi
Dapat disimpulkan dari pendapat beberapa ahli di
atas bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif yang menyangkut
penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi
kerja, termasuk di dalamnya upah , kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi
psikologis.
Teori Kepuasan Kerja :
Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy
Theory)
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh
individu merupakan hasil dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh
diri sendiri terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan
dan yang menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut
bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang
diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan dirasakan oleh
individu bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan
apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.
Contoh Kasus : Karyawan pabrik (karyawan
kontrak) yang bekerja lembur hingga malam hari dan sudah bekerja maksimal
ternyata tidak menjadikan karyawan tersebut sebagai karyawan tetap, dan gajinya
pun tidak sesuai dengan harapanya.
Teori Keadilan (Equity Theory)
Seseorang akan merasa puas atau tidak puas
tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi.
Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan
cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor,
maupunditempat lain.
Contoh Kasus : Pada suatu perusahaan keluarga,
biasanya pada setiap staf karyawan ada yang merupakan anggota keluarga pemilik
perusahaan tersebut. Ketidakpuasan dapat timbul akibat ketidakadilan dalam
memperlakukan karyawan, biasanya karyawan yang merupakan anggota dari keluarga
pemilik perusahaan mendapatkan keistimewaan.
Teori Dua – Faktor (Two Factor Theory)
Prinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan dan
ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori ini,
karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang satu
dinamakan Dissatisfier atau hygiene factors dan yang lain dinamakan satisfier
atau motivators.
Satisfier atau motivators adalah faktor-faktor atau
situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari
prestasi, pengakuan, wewenang, tanggungjawab dan promosi. Dikatakan tidak
adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas,
tetapi kalau ada, akan membentuk motivasi kuat yang menghasilkan prestasi kerja
yang baik. Oleh sebab itu faktor ini disebut sebagai pemuas.
Hygiene factors adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber kepuasan, terdiri dari gaji, insentif, pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja dan status. Keberadaan kondisi-kondisi ini tidak selalu menimbulkan kepuasan bagi karyawan, tetapi ketidakberadaannnya dapat menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan.
Hygiene factors adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber kepuasan, terdiri dari gaji, insentif, pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja dan status. Keberadaan kondisi-kondisi ini tidak selalu menimbulkan kepuasan bagi karyawan, tetapi ketidakberadaannnya dapat menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan.
Contoh Kasus : Seorang karyawan baru yang mengalami
ketidaknyamanan dalam bekerja di karenakan kurangnya hubungan komunikasi,
saling menghargai, saling membantu dapat menimbulkan katidakpuasan dalam
bekerja karena hubungan pribadi merupakan sumber kepuasan kerja yang di namakan
hygiene factors.
Daftar Pustaka
As'ad, Muhammad. 1999. Psikologi Industri edisi
keempat. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Handoko, Hani. 2001. Manajemen Personalia dan
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Jogja.
Luthans, Fred. 2006. Prilaku Organisasi edisi
10. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Ros Dakarya.
Robins, Stepent P. dan Timoty A. Judge. 2008. Perilaku
Organisasi. Jakarta:Salemba Empat.
Setiawan, Ivan Aris dan imam Ghozali. 2006. Akuntansi
Keperilakuan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.