PSIKOTERAPI
TRI
BINTANG KURNIAWAN
1A514832
3PA18
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2017
PENGERTIAN
PSIKOTERAPI
Dilihat secara
etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya
jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh, sehingga
psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan”
seseorang.
Pengertian psikoterapi
menurut beberapa tokoh:
1. Watson & Morse (1977) Bentuk khusus dari
interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana pasien memulai
interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi
dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan
kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran,
perasaan dan tindakannya,
2. Corsini (1989) Psikoterapi adalah proses
formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu
oran, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap
pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yyang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena
ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut:
fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan
atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku
(ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal-usul
kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan
beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui
resmi untuk bertindak sebagai terapis.
3. Ivey & Simek-Downing (1980) Psikoterapi adalah
proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan
perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian.
Menurut pendapat
beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan pengertian psikoterapi adalah
proses perawatan atau penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode
psikologi, dimana adanya interaksi antara dua orang yang disebut terapis dan
pasien.
TUJUAN
PSIKOTERAPI
Berikut ini akan
diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode
dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni Ivey,
et al (1987) dan Corey (1991):
1. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan
psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar
menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap
kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari
konflik-konflik yang lama.
2. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan
psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu
yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman
yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui
pemahaman intelektual.
3. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian,
terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan
terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar
dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi
emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik.
4. Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat
pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas, agar
klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang
mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang
sebelumnya ditolak atau terhambat.
5. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan
behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk menghilangkan kesalahan dalam
belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa
menyesuaikan.
6. Sehubung dengan terapi behavioristik ini,
Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan pada terapi
kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan
diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap
diri sendiri dan orang lain.
7. Corey (1991) merumuskan mengenai
kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan:
menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri
sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan
toleran.
8. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik
Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang menyadari mengenai
kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
9. Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt:
membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya.
Untuk merangsang menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia
dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan
dari dunia luar.
Dapat disimpulkan
bahwa beberapa tujuan psikoterapi antara lain :
1. Perawatan akut (intervensi krisis dan
stabilisasi)
2. Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku
berat)
3. Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk
dijangka panjang)
4. Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang
terus menerus kepada pasien).
UNSUR-UNSUR
PSIKOTERAPI
Masserman (Karasu
1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup
unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
1. Peran sosial (martabat) psikoterapis,
2. Hubungan (persekutuan terapeutik),
3. Hak,
4. Retrospeksi,
5. Re-edukasi,
6. Rehabilitasi,
7. Resosialisasi dan rekapitulasi.
Unsur – unsur
psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi
dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan
terapeutik, keadaan mental dan kebutuuhan pasien.
Pengertian
Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian,
filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi.
Konsep
Dasar Teori Psikoanalisis
KEPRIBADIAN:
Kesadaran dan ketaksadaran
Bagi Freud, kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Seperti
gunung es yang mengapung yang bagian terbesarnya berada dibawah permukaan air,
bagian jiwa yang terbesar berada dibawah permukaan kesadaran. Ketaksadaran
menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan, dan bahan-bahan yang di represi.
Freud percaya, bahwa sebagian besar fungsi psikologis berada di luar kesadaran.
Sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi
disadari, karena hanya ketika menyadari motif-motif tersebutlah individu bisa
melaksanakan pilihan. Walaupun diluar kesadaran, ketaksadaran tetap
mempengaruhi tingkah laku. Proses-proses tak sadar adalah akar dari gejala dan
tingkah laku neurotik. Dari perspektif ini, penyembuhan adalah upaya untuk
menyingkap gejala-gejala, sebab tingkah laku dan bahan-bahan yang direpresi
yang menghalangi fungsi psikologis yang sehat.
Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian dibagi menjadi tiga
yaitu:
a. Id
Kepribadian seseorang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan. Id kurang
terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id tidak bisa mentoleransi
tegangan, dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu sesegera mungkin serta
untuk mencapai keadaan homeostatik. Id diatur oleh asas kesenangan, bersifat
tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan.
b. Ego
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan
mengatur. Tugas utama Ego adalah menjadi pengantar naluri-naluri dengan
lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Ego
berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan
bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan.
c. Superego
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian, kode moral bagi
individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk,
benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal yang real dan
mendorong bukan pada kesenangan tetapi pada kesempurnaan. Superego berfungsi
menghambat impuls-impuls dari Id.
Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi kecemasan dan
mencegah terlukanya ego. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego tidak selalu patologis
dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup.
Berikut ini beberapa bentuk mekanisme pertahanan ego :
a. Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap
keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan
yang membangkitkan kecemasan.
b. Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima
oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang
tidak disukai dan ia tiak bisa menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri.
c. Fiksasi
Fiksasi adalah menjadi “terpaku’ pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal
karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menyebabkan kecemasan.
d. Regresi
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang
tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
e. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” untuk menghndari ego
dari cedera atau memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi
tidak begitu menyakitkan.
f. Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara
sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
g. Displacement
Displacement adalah mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila
objek asal atau orang yang sebenarnya, tidak bisa dijangkau.
h. Represi
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan
kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketidak sadaran,
atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Represi merupakan salah
satu konsep Freud yang paling penting.
i. Formasi reaksi
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan keinginan tak
sadar. Jika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka
seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan untuk menyangkal
perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman.
Perkembangan Psikoseksual
Sumbangan yang berarti dalam model psikoanalitik adalah pelukisan tahap-tahap
perkembangan psikososial dan psikoseksual individu dari lahir hingga dewasa.
– Tahun pertama kehidupan : Fase Oral
Dari lahir sampai akhir usia satu tahun seorang bayi menjalani fase oral.
Mengisap buah dada ibu memuaskan kebutuhan akan makanan dan akan kesenangan
karena mulut dan bibir merupakan zona erogen yang peka selama fase oral.
Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, yaitu
percaya kepada orang lain, dunia, dan diri sendiri.
– Usia satu sampai tiga tahun : Fase Anal
Tugas yang harus diselesaikan ada fase ini adalah belajar mandiri, memiliki
kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan menangani
perasaan-perasaan yang negatif. Selama fase anal, anak dipastikan akan
mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dsb.
– Usia tiga sampai lima tahun : Fase Falik
Selama fase falik, aktivitas seksual menjadi lebih intens dan perhatian
dipusatkan pada alat-alat kelamin yaitu penis pada anak laki-laki dan klitoris
pad anak perempuan. Pada fase falik, masturbasi meningkat frekuensinya.
Anak-anak menjadi lebih ingin tau tentang tubuhnya, mereka berhasrat untuk
mengekplorasi tubuh sendiri dan untuk menemukan perbedaan-perbedaan diantar
kedua jenis kelamin.
UNSUR-UNSUR TERAPI
Tujuan Terapi Psikoanalitik
Tujuan terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter
individual dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari didalam diri
klien. Proses terapi difokuskan pada upaya mengalami kembali
pengalaman-pengalaman masa anak-anak, direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan
ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian.
Fungsi dan Peran Terapis
Karakteristik psikoanalisi adalah terapi atau analis membiarkan dirinya anonim
sera hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien
memproyeksikan dirinya kepada analis. Analis berusaha membantu klien dalam
mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan
personal dalam menangani kecemasan serta secara realistis. Yang dilakukan klien
sebagian besar adalah berbicara, yang dilakukan oleh analis adalah mendengarkan
dan berusaha untuk mengetahui kapan dia harus membuat penafsiran yang layak
untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tidak disadari.
TEKNIK-TEKNIK TERAPI
–
Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas merupakan teknik utama terapi psikoanalitik. Analis meminta
kepada klien agar membersihkan pikirannya dari peikiran-pemikiran dan renungan
sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan apa saja yang melintas dalam
pikirannya. Dengan melaporkannya segera tanpa ada yang disembunyikan, klien
terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Cara yang khas adalah klien
berbaring diatas balai-balai sementara analisi duduk dibelakangnya sehingga
tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasi nya mengalir bebas.
Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman
masa lalu dan melepas emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi
traumatik dimasa lampau yang dikenal dengan katarsis.
–
Analisis Transferensi
Transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalitik. Transferensi dalam
proses terapeutik ketika “urusan yang tidak selesai” dimasa lalu klien dengan
orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang.
Analisis trasferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab
mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Ia
memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi dan
deprivasi dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap
kehidupannya sekarang. Singkatnya, efek-efek psikopatologis dari hubungan masa
dini yang tidak diinginkan dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional
yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis.
– Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien
mengemukakan bahan yang tidak disadari. Freud memandang resistensi sebagai
dinamika terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan mengingat jika
klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan yang direpresi itu.
Resistensi bekerja dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha
bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketidaksadaran klien.
– Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang
tidak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah
yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan melemah dan perasaa yang
direpresi muncul ke permukaan. Freud memandang mimpi sebagai “jalan istimewa
menju ketidaksadaran” karena melalui mimpi hasrat, kebutuhan, dan ketakutan
yang tidak disadari diungkapkan. Mimpi memiliki dua taraf isi yaitu isi laten
dan isi manifes.
TERAPI
HUMANISTIK EKSISTENSIAL
Konsep
Dasar Teori Dari Pandangan Humanistik Eksistensial Tentang Perilaku Atau
Kepribadian
Pendekatan
eksistensial berkembang sebagai reaksi atas dua model utama yang lain, yaitu
psikoanalisis dan behaviorisme. Kedudukan psikoanalisis bahwa kemerdekaan
terbatas pada kekuatan-kekuatan dorongan irasional dan peristiwa yang telah
lalu. Kedudukan behaviorisme bahwa kemerdekaan terbatas oleh pengkondisian
sosial budaya. Meskipun terapi eksistensial menerima premis bahwa pilihan kita
terbatas pada keadaan eksternal, terapi menolak pendapat yang mengatakan bahwa
kita ditentukan olehnya.
Terapi
eksistensial berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan oleh karenanya
bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan.
Pandangan eksistensial didasarkan pada model pertumbuhan dan mengkonsepkan
kesehatan bukan keadaan sakit. Seperti yang ditulis Deurzen-Smith (1988),
konseling eksistensial tidak dirancang untuk menyembuhkan seperti tradisi model
medis. Klien tidak dipandang sebagai orang yang sedang sakit melainkan sebagai
orang yang merasa bosan atau kikuk dalam menjalani kehidupan
Psikologi
eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama
adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih – alih
suatu system teknik – teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.
Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan
suatu pendekatan yang mencakup terapi – terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep – konsep dan asumsi – asumsi tentang manusia. ada beberapa
konsep utama dari pendekatan eksistensial yaitu:
1
- Kesadaran diri
Manusia
memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang
unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin
kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan
yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif
yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek
yang esensial pada manusia.
Manusia
memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu
melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas
berpikir dan memilih yang khas manusia. Kesadaran diri itu membedakan manusia
dari makhluk-makhluk lain. Manusia bisa tampil di luar diri dan berefleksi atas
keberadaannya. Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri seseorang, maka
ia semakin hidup sebagai pribadi atau sebagaimana dinyatakan oleh Kierkegaard,
"Semakin tinggi kesadaran, maka semakin utuh diri seseorang."
Tanggung jawab berlandaskan kesanggupan untuk sadar. Dengan kesadaran,
seseorang bisa menjadi sadar atas tanggung jawabnya untuk memilih. Sebagaimana
dinyatakan oleh May (1953), "Manusia adalah makhluk yang bisa menyadari
dan, oleh karenanya, bertanggung jawab atas keberadaannya”.
Kesadaran
bisa dikonseptualkan dengan cara sebagai berikut: Umpamakan Anda berjalan di
lorong yang di kedua sisinya terdapat banyak pintu, Bayangkan bahwa Anda bisa
membuka beberapa pintu, baik membuka sedikit ataupun membuka lebar-lebar.
Barangkali, jika Anda membuka satu pintu, Anda tidak akan menyukai apa yang
Anda temukan di dalamnya menakutkan atau menjijikkan. Di lain pihak, Anda bisa
menemukan sebuah ruangan yang dipenuhi oleh keindahan. Anda mungkin berdebat
dengan diri sendiri, apakah akan membiarkan pintu itu tertutup atau terbuka.
Apabila seorang konselor dihadapkan pada konseli yang kesadaran dirinya kurang
maka konselor harus menunjukkan kepada konseli bahwa harus ada pengorbanan
untuk meningkatkan kesadaran diri. Dengan menjadi lebih sadar, konseli akan
lebih sulit untuk “ kembali ke rumah lagi“, menjadi orang yang seperti dulu
lagi.
Dalam
pengertian yang sesungguhnya, peningkatan kesadaran diri yang mencakup
kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang
membentuk pribadi dan atas tujuan-tujuan pribadi adalah tujuan segenap
konseling
2
- Kebebasan dan tanggung jawab.
Manusia
adalah makhluk yang menentukan diri, dalam arti bahwa dia memiliki kebebasan
untuk memilih di antara altematif-altematif. Karena manusia pada dasarnya
bebas, maka dia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan
nasibnya sendiri. Pendekatan eksistensial meletakkan kebebasan, determinasi
diri, keinginan, dan putusan pada pusat keberadaan manusia. Jika kesadaran dan
kebebasan dihapus dari manusia, maka dia tidak lagi hadir sebagai manusia,
sebab kesanggupan-kesanggupan itulah yang memberinya kemanusiaan. Pandangan
eksistensial adalah bahwa individu, dengan putusan-putusannya, membentuk nasib
dan mengukir keberadaannya sendiri. Seseorang menjadi apa yang diputuskannya,
dan dia harus bertanggung jawab atas jalan hidup yang ditempuhnya. Tillich
mengingatkan, "Manusia benar-benar menjadi manusia hanya saat mengambil
putusan. Sartre mengatakan, "Kita adalah pilihan kita." Nietzsche
menjabarkan kebebasan sebagai "kesanggupan untuk menjadi apa yang memang
kita alami". Ungkapan Kierkegaard, "memilih diri sendiri",
menyiratkan bahwa seseorang bertanggung jawab atas kehidupan dan keberadaannya.
Sedangkan Jaspers menyebutkan bahwa "kita adalah makhluk yang
memutuskan".
Tugas
konselor adalah mendorong konseli untuk belajar menanggung risiko terhadap
akibat penggunaan kebebasannya. Yang jangan dilakukan adalah melumpuhkan
konseli dan membuatnya bergantung secara neurotik pada konselor. Konselor perlu
mengajari konseli bahwa dia bisa mulai membuat pilihan meskipun konseli boleh
jadi telah menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk melarikan diri dari
kebebasan memilih
3
- Kecemasan
Kecemasan
adalah suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan
sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasi yang kuat
untuk pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab
untuk memilih. Kebanyakan orang mencari bantuan profesional karena mereka
mengalami kecemasan atau depresi. Banyak konseli yang memasuki kantor konselor
disertai harapan bahwa konselor akan mencabut penderitaan mereka atau
setidaknya akan memberikan formula tertentu untuk mengurangi kecemasan mereka.
Konselor yang berorientasi eksistensial, bagaimanapun, bekerja tidak
semata-mata untuk menghilangkan gejala-gejala atau mengurangi kecemasan.
Sebenarnya, konselor eksistensial tidak memandang kecemasan sebagai hal yang
tak diharapkan. Ia akan bekerja dengan cara tertentu sehingga untuk sementara
konseli bisa mengalami peningkatan taraf kecemasan. Pertanyaan-pertanyaan yang
bisa diajukan adalah: Bagaimana konseli mengatasi kecemasan? Apakah kecemasan
merupakan fungsi dari pertumbuhan ataukah fungsi kebergantungan pada tingkah
laku neurotik? Apakah konseli menunjukkan keberanian untuk membiarkan dirinya
menghadapi kecemasan atas hal-hal yang tidak dikenalnya? Kecemasan adalah bahan
bagi konseling yang produktif, baik konseling individual maupun konseling
kelompok. Jika konseli tidak mengalami kecemasan, maka motivasinya untuk
berubah akan rendah.Kecemasan dapat ditransformasikan ke dalam energi yang
dibutuhkan untuk bertahan menghadapi risiko bereksperimen dengan tingkah laku
baru. Implikasi-implikasi konseling bagi kecemasan. Kebanyakan orang mencari
bantuan profesional karena mereka mengalami kecemasan atau depresi banyak klien
yang memasuki kantor konselor disertai harapan bahwa konselor akan mencabut
penderitaan mereka atau setidaknya akan memberikan formula tertentu untuk
mengurangi kecemasan mereka. Konselor yang berorientasi eksistensial tidak
semata-mata untuk menghilangi gejala-gejala atau kecemasan. Konselor
eksistensial tidak memandang kecemasan sebagai hal yang tidak diharapkan.
Kecemasan adalah bahan bagi konseling yang produktif baik konseling individual
maupun konseling kelompok. Kecemasan dapat ditransformasikan kedalam energi
yang dibutuhkan untuk bertahan menghadapi resiko bereksperimen dengan tingkah
laku baru.
4
- Penciptaan Makna
Manusia
itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan
menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada
hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam
suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan
dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi
keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni
mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.
Tema-tema
dan dalil-dalil utama eksistensial: penerapan-penerapan pada praktek terapi
Dalil 1
: Kesadaran diri
Manusia
memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu
melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas
berpikir dan memilih yang khas manusia. Kesadaran diri membedakan manusia
dengan makhluk-makluk lain. Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri
seseorang, maka ia semakin hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran
berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh
sebagai manusia. Peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas
alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, factor-faktor yang membentuk pribadi,
dan atas tujuan – tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling.
Dalil 2
: Kebebasan dan tanggung jawab
Kebebasan
adalah kesanggupan untuk meletakkan perkembangan di tangan sendiri dan untuk
memilih di antara alternatif – alternatif. Pendekatan eksistensial meletakkan
kebebasan, determinasi diri, keinginan dan putusan pada pusat keberadaan
manusia. Tugas terapis adalah membantu kliennya dalam menemukan cara-cara klien
sama sekali menghindari penerimaan kebebasannya, dan mendorong klien itu untuk
belajar menanggung resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan
kebebasannya.
Dalil 3
: Keterpusatan dari kebutuhan akan orang lain
Kita
masing-masing memiliki kebutuhan yang kuat untuk menemukan suatu diri, yakni
menemukan identitas pribadi kita. Kita membutuhkan hubungan dengan
keberadaan-keberadaan yang lain. Kita harus memberikan diri kita kepada orang
lain dan terlibat dengan mereka.
Keberanian
untuk ada. Usaha menemukan inti dan belajar bagaimana hidup dari dalam
memerlukan keberanian. Kita berjuang untuk menemukan, untuk menciptakan, dan
untuk memelihara inti dari ada kita.
Pengalaman
kesendirian. Bahwa kita memikul tanggung jawab atas pilihan-pilihan kita
berikut hasil-hasilnya, bahwa komunikasi total dari individu yang satu dengan
individu yang lainnya tidak pernah bisa dicapai, bahwa kita adalah
individu-individu yang terpisah dari orang lain, dan bahwa kita adalah unik.
Pengalaman
keberhubungan. Bahwa kita bergantung pada hubungan dengan orang lain untuk
kemanusiaan kita, dan kita memiliki kebutuhan untuk menjadi orang yang berarti
dalam dunia orang lain, yang mana kehadiran orang lain penting dalam dunia
kita, dan kita memperbolehkan orang lain memiliki arti dalam dunia kita, maka
kita mengalami keberhubungan yang bermakna.
Dalil 4
: Pencarian makna
Terapi
eksistensial bisa menyediakan kerangka konseptual untuk membantu klien dalam
usahanya mencari makna hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian
makna dan identitas diri.
Masalah
penyisihan nilai-nilai lama. Nilai – nilai tradisional (dan nilai – nilai
yang dialihkan kepada seseorang) tanpa disertai penemuan nilai – nilai lain
yang sesuai untuk menggantikannya.
Belajar
untuk menemukan maknadalam hidup. Hidup tidak memiliki makna dengan
sendirinya, manusialah yang harus menciptakan dan menemukan makna hidup itu.
Tugas proses terapeutik adalah menghadapi masalah ketidakbermaknaan dan
membantu klien dalam membuat makna dari dunia yang kacau.
Pandangan
eksistensial tentang psikopatologi. Adanya konsep psikopatologi yang
menyatakan tentang dosa eksistensial yang timbul dari perasaan tidak
lengkap atau dari kesadaran seseorang bahwa tindakan-tindakan dan
pilihan-pilihannya tidak bisa menyatakan potensi-potensinya secara penuh
sebagai pribadi.
Dalil 5
: Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan
adalah suatu karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang
patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk
pertumbuhan.
Kecemasan
sebagai sumber pertumbuhan. Kita mengalami kecemasan dengan
meningkatnyakesadaran kita atas kebebasan dan atas konsekuensi-konsekuensi dari
penerimaan ataupun penolakan kebebasan kita itu.
Pelarian
dari kecemasan. Suatu fungsi dari penerimaan kita atas kesendirian dan,
meskipun kita bisa menemukan hubungan yang bermakna dengan orang lain, kita
pada dasarnya tetap sendirian.
Implikasi-implikasi
konseling bagi kecemasan. Membantu klien untuk menyadari bahwa belajar
menoleransi keberdwiartian dan ketidaktentuan serta belajar bagaimana hidup
tanpa sandaran dapat merupakan fase yang penting dalam perjalanan dari hidup
yang bergantung kepada menjadi pribadiyang lebih otonom.
Dalil 6
: Kesadaran atas kematian dan non ada
Para
eksistensialis tidak memandang kematian secara negative, dan mengungkapkan
bahwa hidup memiliki makna karena memiliki keterbatasan waktu. Karena kita
bersifat lahiriah, bagaimanapun, kematian menjadi pendesak bagi kita agar
menganggap hidup dengan serius. Ketakuatan terhadap kamatian membayangi mereka
yang takut mengulurkan tangan dan benar – benar merangkul kehidupan.
Dalil 7
: Perjuangan untuk aktualisasi diri
Setiap
orang memiliki dorongan bawaan untuk menjadi seorang pribadi, yakni mereka
memiliki kecenderungan kearah pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan
identitas pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi potensi – potensinya secara
penuh. Jika seseorang mampu untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya sebagai
pribadi, maka ia akan mengalami kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai
oleh manusia, sebab demikianlah alam mengharapkan mereka berbuat.
Konsep Dasar Pandangan Carl
Rogers Tentang Perilaku / Kepribadian
Carl
Rogers adalah psikolog humanistik kebangsaan Amerika yang berfokus pada
hubungan tarapeutik dan mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien.
Rogers adalah salah satu individu yang pertama kali menggunakan istilah klien
bukan pasien. Terapi berpusat pada klien berfkous pada peran klien, bukan ahli
terapi, sebagai proses kunci penyembuhan. Rogers yakin bahwa setiap orang
menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya.
Menurut Rogers, klien benar – benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan
ahli terapi – klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat
menyembuhkan dirinya sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengetahui
pengalamannya sendiri dan memahami pengalamannya tersebut. Untuk memperoleh
harga dirinya dan mencapai aktualisasi diri tersebut.
Konsep Carl Rogers tentang
kepribadian
Berbagai
istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai
kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik dan khas dalam
orientasi sebagai berikut :
1.
Pengalaman
Pengalaman
mengacu pada dunia pribadi individu. Setiap saat, sebagian dari hal ini terkait
akan kesadaran. Misalnya, kita merasakan tekanan pena terhadap jari – jari kita
seperti yang kita tulis. Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke dalam
kesadaran, seperti ide, “Aku orang yang agresif”. Sementara kesadaran
masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan pengalaman mereka mungkin
terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.
2.
Realitas
Untuk
tujuan psikologis, realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi
individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang – orang yang
memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dua orang
akan setuju pada kenyataan bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu melihat
dirinya sebagai seorang wanita baik yang ingin membantu orang dan berdasarkan
kenyataan orang menilai untuk dirinya. Kenyataannya orang lain adalah bahwa
politisi menyisihkan uang untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk memenangi
hati dari rakyat. Oleh karena itu orang ini memberi suara padanya (wanita).
Dalam terapi, di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.
3.
Organisme Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh
Seseorang
mungkin lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut
akan melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih
jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku
di arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan. Seorang politisi dapat
memutuskan untuk tidak mrncalonkan diri untuk mendapatkan jabatan karena ia
memutuskan bahwa kehidupan keluarganya lebih penting dari pada mencalonkan diri
sebagai pejabat.
4.
Organisme mengaktualisasi kecenderungan (The Organism
Actualizing Tendency)
Ini
adalah prinsip utama dalam tulisan – tulisan dari Kurt Goldstein, Hobart
Mowrer, Harry Stack Sullivan, Karen Horney, dan Andras Angyai. Untuk nama hanya
beberapa. Perjuangan untuk mengajarkan anak dalam belajar jalan adalah sebuah
contoh. Ini adalah keyakinan Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori
kepribadian yang lain. Di beri pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan
eksternal. Individu lebih memilih untuk menjadi sehat daripada sakit, untuk
menjadi independen dari pada bergantung. Dan secara umum untuk mendorong
pengembangan optimal dari organisme total.
5.
Frame Internal Referensi
Ini
adalah bidang persepsi individu. Ini adalah cara dunia muncul dan sebuah makna
yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaaan. Dari titik orang
memiliki pusat pandangan. Kerangka acuan internal memberikan pemahamana
sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Hal ini
harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku, sikap, dan kepribadian.
6.
Konsep Diri
Istilah
– istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari
persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I”
atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai
– nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan
cairan dan proses perubahan.
7.
Symbolization
Ini
adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak
simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya, orang –
orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi tindakan
berbohong. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten
dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan
khalayak diam sebagai terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan
sebuah kelompok yang penuh perhatian dan tertarik.
8.
Penyesuaian Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan
diri
Hal ini
mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi, antara pengalaman
individu sensorik dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang mencakup unsur –
unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman
kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak
ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.
9.
Organismic Valuing Process
Ini
adalah proses yang berkelanjutan di mana individu bebas bergantung pada bukti
indra mereka sendiri untuk membuat penilaian. Hal ini yang berbeda dengan
sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan”
dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses menilai organismic
konsisten dengan hipotesis.
10.
The Fully Functioning Person
Rogers
mendefinisikan mereka yang bergantung pada Organismic valuing process seperti
Fully functioning person. Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan,
memungkinkan kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui
pengalaman mereka.
Unsur – Unsur Terapi (Person – Centered)
1.
Peran Terapis
Menurut
Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan
sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien
melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang
memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik –
teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai
instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu
klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari
bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan
klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai.
Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin
di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
2.
Tujuan Terapis
Rogers
berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai –
nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi
adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan
jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh
pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih
dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima
oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata –
kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.
Teknik – Teknik Terapi
Untuk
terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting
daripada teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah
cukup terapi, yaitu :
1.
Empathy
2.
Positive Regard (acceptance)
3.
Congruence
Empati
adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan
pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama
dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang
ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor
yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang
membawa perubahan dan pembelajaran.
Positive
Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang
mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena
keberadaannya.
Congruence
/ Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak
memakai topeng atau pulasan – pulasan.
Menurut
Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di
dalam suatu hubungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D.
1996. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Corey,
G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama
Corsini,
R. (2000). CURRENT PSYCHOTHERAPIES. Itasca , Illinois: F.E. PeacockPublishers.
Murad,
J. (2006). Dasar – Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia.
Semiun,
Y. (2010). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.