CONTOH KASUS TERAPI HUMANISTIK
Contoh kasus
Kesulitan Penyesuaian Diri Mahasiswa “F” dalam kehidupan kampus
F, berusia 20 tahun, mahasiswi tingkat 2, mengalami ancaman DO. Dari hasil evaluasi 7 minggu pertama `ternyata nilai dari semua mata kuliah yang di ambilnya tidak memenuhi persyaratan lulus ke tingkat 3. BAAK membritahu hal ini dengan tujuan dia bisa mengejar nilainya, dengan belajar yang lebih aktif agar tidak terancam DO.
Dari hasil evaluasi 4 mata kuliahnya, F memperoleh 2 nilai C dan 2 nilai D. Dia sangat menyadari bahwa dia akan sulit untuk mendapat nilai yang baik untuk ke dua mata kuliahnya tersebut. Kenyataannya ini membuat F merasa sangat stress, hingga kadang dia merasa sudah kehabisan akal untuk menjalankan hidup ini, karena merasa takut gagal.
Dalam pergaulan dengan teman2nya F selalu merasa minder. Ketika kuliah di kelas besar, dia selalu memilih duduk di barisan yang paling belakang dan dia jarang bergaul dengan teman2 seangkatannya. Dia selalu merasa dirinya tidak pantas bermain dengan teman2 seangkatannya, karena menurutnya F selalu berpakaian yang tidak fashionable . Akibatnya F selalu menyendiri dan lebih senang membolos dan main yang ga jelas.
F lebih nyaman ketika masih duduk di bangku SMA, dimana kelasnya lebih kecil dan hubungan di antara siswa di rasakannya lebih akrab.
F, merupakan anak ke 1 dari tiga bersaudara (ketiganya pria). adiknya berusia 2 tahun lebih muda darinya, dan mempunyai prestasi akademis yang cukup “cemerlang” di sekolahnya. Walaupun orangtua tidak pernah membandingkan kemampuan ke tiga anaknya, tetapi F merasa bahwa adiknya mempunyai kelebihan di segala bidang, di bandingkan dengan dirinya.
Kesulitan Penyesuaian Diri Mahasiswa “F” dalam kehidupan kampus
F, berusia 20 tahun, mahasiswi tingkat 2, mengalami ancaman DO. Dari hasil evaluasi 7 minggu pertama `ternyata nilai dari semua mata kuliah yang di ambilnya tidak memenuhi persyaratan lulus ke tingkat 3. BAAK membritahu hal ini dengan tujuan dia bisa mengejar nilainya, dengan belajar yang lebih aktif agar tidak terancam DO.
Dari hasil evaluasi 4 mata kuliahnya, F memperoleh 2 nilai C dan 2 nilai D. Dia sangat menyadari bahwa dia akan sulit untuk mendapat nilai yang baik untuk ke dua mata kuliahnya tersebut. Kenyataannya ini membuat F merasa sangat stress, hingga kadang dia merasa sudah kehabisan akal untuk menjalankan hidup ini, karena merasa takut gagal.
Dalam pergaulan dengan teman2nya F selalu merasa minder. Ketika kuliah di kelas besar, dia selalu memilih duduk di barisan yang paling belakang dan dia jarang bergaul dengan teman2 seangkatannya. Dia selalu merasa dirinya tidak pantas bermain dengan teman2 seangkatannya, karena menurutnya F selalu berpakaian yang tidak fashionable . Akibatnya F selalu menyendiri dan lebih senang membolos dan main yang ga jelas.
F lebih nyaman ketika masih duduk di bangku SMA, dimana kelasnya lebih kecil dan hubungan di antara siswa di rasakannya lebih akrab.
F, merupakan anak ke 1 dari tiga bersaudara (ketiganya pria). adiknya berusia 2 tahun lebih muda darinya, dan mempunyai prestasi akademis yang cukup “cemerlang” di sekolahnya. Walaupun orangtua tidak pernah membandingkan kemampuan ke tiga anaknya, tetapi F merasa bahwa adiknya mempunyai kelebihan di segala bidang, di bandingkan dengan dirinya.
Teknik yang digunakan
Jenis tehnik yang digunakan adalah systematic
desentisitization, yaitu mengurangi kecemasan dengan menggunakan konsep
hirarkhi ketakutan, menghilangkan ketakutan secara perlahan-lahan mulai dari
ketakutan yang sederhana sampai ke hal yang lebih kompleks. Pemberian
reinforcement (penguat) juga dapat digunakan dengan secara tepat memberikan
variasi yang tepat antara pemberian reward – jika ia memperlihatkan perilaku
yang mengarah keperubahan ataupun punishment – jika tidak ada perubahan
perilaku atau justru menampilkan perilaku yang bertolak belakang dengan rencana
perubahan perilaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar